Sedikit Peringatan buat pejuang: IKHLAS


Sabda Rasullallah yang bermaksud:
Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menerima mana-mana amalan kecuali amalan yang ikhlas yang dilakukan semata-mata kerana Allah.
(Riwayat oleh Nasa'I dan Ibnu Umamah)


(ana mintak maaf, mungkin agak panjang... tapi ambillah masa.. untuk kebaikan kita bersama)

ULASAN

Ikhlas ialah niat yang tulus atau motif murni "Lil Lah" (kerana Allah) dalam segala amal ibadah dan kerja-kerja kebajikan, juga dalam keengganan melakukan ma'siat. Seseorang yang ikhlas beribadah bukan untuk mendapat sanjungan orang lain dan meninggalkan maksiat bukan kerana takut dihina orang atau takutkan undang-undang negeri tetapi ia berbuat demikian dengan motif yang luhur iaitu semata-mata kerana menjunjung perintah Allah dan mendapat keredaan Nya. Inilah niat murni yang menjadi asas penilaian Allah terhadap segala amalan manusia

Firman Allah yang bermaksud:
"Dan mereka tidak diperintah melainkan supaya mereka menyembah Allah dengan mengikhlaskan kepadaNya dan berdiri teguh di atas tauhid"

Ini bererti bahawa ibadah yang diperintah dan diterima Allah ialah ibadah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas dan bersih dari sikap menunjuk-nunjuk dan berpura-pura untuk mencapai maksud-maksud duniawi. Inilah keihklasan yang disanjung tinggi oleh Allah ketika ia memujikan amalan para hambaNya yang soleh dalam firmanNya.

Yang bermaksud:
"Dan mereka memberikan makanan yang disayanginya kepada orang miskin, anak yatim dan orang tawanan dan mereka berkata sesungguhnya kami bukannya mahukan balasan dan terima kasih dari kamu"


Motif menunjuk-nunjuk kepada manusia dengan tujuan mendapat penghargaan mereka itulah yang dipanggil RIA' itulah penyakit batin yang memusnahkan amalan ibadah dan kebajikan manusia dan itulah penyakit batin yang menjerumuskan manusia dalam syirik kafi atau syirik halus. Kerana itu ria' dianggap sebagai dosa yang paling besar dan sikap hati yang paling keji. Berkata Al-Manawi "Barang siapa yang berniat untuk mencapai faedah-faedah dunia dari amalannya bukan kerana cintakan Allah dan Akhirat maka ia hanya akan mendapat apa yang diniatkannya sahaja tanpa habuan yang lain lagi"

Walaupun demikian namun lintasan-lintasan fikiran yang timbul tenggelam atau tercetus sekali-sekala di dalam hati seseorang yang mengiringi agar orang lain itu tahu amalan-amalan dan jasa-jasa baiknya tidaklah menjejaskan keikhlasan yang telah terpaku di hatinya, kerana litasan-lintasan fikiran yang seumpama itu tidak dapat dielakkan oleh manusia yang memang sentiasa digoda oleh bisikan-bisikan jahat dari saitan. Kecuali fikiran yang seumpama itu menetap dan bertunjang pada hatinya berulah ia menjadi seseorang yang ria'.

Demikian juga bukan setiap kegemaran untuk memperlihatkan amalan-amalan baiknya kepada orang ramai termasuk di dalam ria' kerana mungkin kegemaran itu dicetus oleh satu maksud yang suci iaitu supaya amalan-amalan yang dilakukannya menjadi contoh teladan yang diikuti oleh orang lain atau maksud menghapuskan sangkaan buruk orang lain bahawa ia telah meninggalkan atau mencuaikan setengah-setengah amalan ibadah, kerana setiap mu'min harus berusaha menjauhkan dirinya dari menjadi sasaran tuduhan dan tohmahan yang bukan-bukan dari orang lain.

Ikhlas dan Niat

Allah berfirman :
( Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan ) Huud : 15-16

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya segala pekerjaan itu ( diterima atau tidaknya di sisi Allah )hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya, maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang akan dia menikah dengannya, maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan. HR. Muttafaq 'alaih.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka orang itu menjawab : aku berperang di jalan-Mu sampai mati syahid,

Maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian itu telah diucapkan ( kamu telak dipuji-puji dst sebagai imbalan apa yang telah kamu niatkan.pent. ) maka diperintahkan supaya dia diseret di atas mukanya sampai dilemparkan di api neraka,

Dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan menghapal al-Qur'an, lalu dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ?

Maka dia menjawab : aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca al-Qur'an untuk-Mu. Maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar dengan tujuan agar engkau dibilang seorang alim, dan engkau membaca/menghapal al-Qur'an supaya dibilang engkau seorang penghapal/pembaca al-Qur'an yang baik, dan semua itu sudah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian yang kamu harapkan sebagai imbalan niatmu ) lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka,

Dan seseorang yang Allah berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini ?

Maka dia menjawab : tidak ada suatu jalan yang Engkau suka harta yang telah Engkau berikan agar dibelanjakan padanya kecuali aku telah membelanjakan harta itu di jalan tersebut karena Engkau, maka Allah berkata : Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dibilang bahwa kamu adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu ), lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka. HR.Muslim

Keterangan singkat :

Niat adalah dasar segala perbuatan, oleh karena itu setiap perbuatan manusia diterima tidaknya disisi Allah sebatas niatnya, maka barangsiapa mengerjakan suatu pekerjaan niatnya murni karena Allah dan mengharapkan ganjaran akhirat, sedang perbuatannya itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka amalnya akan diterima oleh Allah, dan barangsiapa niatnya untuk selain Allah atau tidak ikhlas karena Allah seperti dia menyekutukan- Nya dengan makhluk, maka pekerjaannya itu akan ditolak dan akan menjadi bencana baginya.

Hikmah yang dapat diambil dari ayat dan hadits di atas :

  • Bahwa dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas yaitu bermaksud dengan amalnya itu karena Allah Ta'ala.

  • Pentingnya ikhlas, karena amal tanpa ikhlas akan menjadi bencana bagi yang mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan tersebut termasuk dari perbuatan ibadah yang mulia ( seperti memberikan sedekah, membaca al-Qur'an, mengajarkan ilmu bagi orang lain, bahkan mati syahid dalam medan perang melawan orang-orang kafir).

  • Bahwa baiknya bentuk suatu pekerjaan tidak cukup untuk diterimanya amal itu di sisi Allah akan tetapi harus dibarengi dengan niat ikhlas.

  • Wajibnya memperbaiki niat dalam segala perbuatan, dan berusaha keras untuk selalu ikhlas dalam beramal.

Ertinya: "Oleh itu maka sembahlah kamu akan Allah dengan mengikhlaskan ibadat kapadanya (dan menjauhi bawaan syirik.)" (Surah AI-Mu'min: 14).

Hadis sahabat Abu Hurairah riwayat Muslim: "Bahawa Allah itu baik, bagus dan bersih, Dia tidak akan menerima melainkan yang baik, bagus dan bersih jua"

Ulasan

Catatan Popular